Dampak Perang Thailand-Kamboja bagi Indonesia, Ancaman dan Peluang di Tengah Konflik Regional

KANALBANGSA.COM – Ketegangan kembali memuncak di kawasan Asia Tenggara setelah konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja pecah lagi akibat sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Dua situs bersejarah, kuil Hindu kuno Ta Moan Thom dan Preah Vihear, menjadi pusat dari perebutan klaim kedaulatan yang telah memicu bentrokan militer di perbatasan kedua negara.
Meskipun Indonesia tidak terlibat langsung dalam konflik ini, imbasnya bisa sangat terasa. Sebagai negara dengan peran strategis di kawasan, Indonesia berada dalam posisi yang tidak bisa dianggap pasif. Perang ini membuka dua kemungkinan sekaligus: potensi ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan sosial kita, serta peluang bagi pertumbuhan sektor tertentu, seperti pariwisata.
Gangguan Rantai Pasok, Ancaman Bagi Industri
Thailand merupakan salah satu mitra dagang penting Indonesia di sektor industri, terutama otomotif dan elektronik. Tidak sedikit komponen produksi yang kita gunakan bersumber dari Thailand. Ketika perang mengganggu jalur logistik, efek domino pun terjadi: pengiriman suku cadang tersendat, biaya logistik meningkat, produksi terganggu, dan yang paling mencemaskan—PHK massal mungkin tak terhindarkan.
Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh pelaku industri besar, tapi juga oleh UMKM yang berada dalam rantai pasok lebih luas. Jika pemerintah tidak segera menyiapkan strategi mitigasi, potensi penurunan pendapatan masyarakat akibat efek konflik regional bisa menjadi kenyataan.
“Keuntungan” Tak Terduga: Judi Online Terhambat
Di sisi lain, perang ini justru berpotensi memukul industri judi online yang banyak beroperasi dari Kamboja dan menyasar pasar Indonesia. Dengan terganggunya aktivitas operasional di wilayah konflik, aktivitas perjudian daring diperkirakan akan menurun. Fenomena ini, meski tidak disengaja, bisa menjadi berkah terselubung dalam upaya memberantas praktik judi online yang telah meresahkan masyarakat Indonesia.
Wisatawan Mengalir ke Bali?
Thailand selama ini dikenal sebagai destinasi utama wisatawan global. Namun ketika keamanan di sana terganggu, wisatawan akan mencari alternatif yang lebih stabil dan aman. Bali, dengan segala daya tarik dan infrastruktur internasionalnya, muncul sebagai kandidat paling kuat.
Data menunjukkan bahwa tingkat okupansi hotel di Bali telah mencapai 58 persen, sementara pergerakan penumpang internasional mencapai 7,2 juta pada semester pertama 2025. Dengan kampanye promosi dan kesiapan logistik yang tepat, pariwisata Indonesia bisa memanfaatkan momen ini untuk menyalip rival regionalnya.
Isu Kemanusiaan dan Diplomasi ASEAN
Konflik bersenjata tentu menimbulkan keprihatinan tersendiri dalam aspek kemanusiaan dan keamanan. Ribuan warga sipil Thailand dan Kamboja terdampak. Indonesia pun harus bersiaga terhadap kemungkinan gelombang pengungsi atau bahkan penyelundupan senjata lintas batas yang dapat menembus wilayah Nusantara.
Kementerian Luar Negeri RI sejauh ini telah mengimbau WNI di wilayah terdampak agar berhati-hati dan mengikuti perkembangan situasi. Namun, langkah-langkah ini harus ditingkatkan. Indonesia perlu mengambil peran aktif dalam diplomasi kawasan, baik melalui jalur bilateral maupun melalui mekanisme ASEAN.
Konflik ini juga menjadi cermin kelemahan ASEAN sebagai organisasi regional. Ketidakmampuan ASEAN dalam mencegah konflik internal di antara anggotanya menjadi catatan serius. Bila terus dibiarkan, hal ini dapat mengikis kredibilitas ASEAN sebagai zona damai dan stabilitas.
Siaga Sekaligus Ambil Peran
Dampak perang Thailand-Kamboja bagi Indonesia bukan sekadar ancaman. Di balik bayang-bayang ketegangan, ada peluang yang bisa dioptimalkan. Namun hal ini tidak bisa terjadi jika kita hanya menjadi penonton.
Pemerintah Indonesia harus bersiap dengan strategi ekonomi untuk mengatasi gangguan industri, sekaligus memperkuat diplomasi regional demi menjaga perdamaian jangka panjang. Kita tidak bisa menunggu konflik reda dengan sendirinya. Justru dalam situasi inilah, kepemimpinan Indonesia di kawasan ASEAN benar-benar diuji.
